VOLKPOP.CO - Burnout atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya terbakar habis. Terbakar habis di sini adalah fenomena kelelahan secara mental akibat memforsir energi secara berlebihan. Istilah ini pertama kali muncul pada 1967 dipaparkan oleh Psikolog asal jerman, Herbert Freudenberger.
Gebi Angelina Zahra MPsi seorang Psikolog Industri Organisasi dari Psychologycal Education and Research Ceria Hati mengatakan jika orang yang mengalami burnout diibaratkan seperti lilin yang terbakar habis. Hal ini membuat penderita butnout memiliki perasaan negatif kepada pekerjaan atau tugas dalam waktu lama dan berkepanjangan.
Mahasiswa atau pegawai yang mendapatkan tekanan kepada tugas atau pekerjaan terus menerus, akan merasa tidak mampu untuk menyelesaikannya hingga akhirnya ia meninggalkan tugas tersebut.
Baca Juga: 7 Tips Berperang Melawan Stress untuk Mahasiswa
"Sehingga orang-orang yang merasa mampu menyelesaikan tugas-tugasnya artinya ia belum mengalami burnout," terangnya saat dikonfirmasi pada Minggu (19/06/2022).
Ia juga mengungkapkan jika orang-orang yang memiliki ekspektasi tinggi pada pekerjaan atau tugas adalah yang paling rentan mengalami burnout. Biasanya mereka adalah orang-orang yabg memiliki komitmen tinggi dan dedikasi karena ingin diterima di lingkungan sosialnya.
"Hal ini membuat mereka harus melakukan pekerjaan dengan sempurna supaya dapat pengakuan. Mereka menjadi abai terhadap dirinya sendiri, tidak memiliki waktu untuk beristirahat apalagi melakukan release stress," bebernya.
"Selain itu orang yang mudah terkena burnout adalah mereka yang agreeable atau mudah setuju dengan tuntutan lingkungan. Misalnya lulus tepat waktu, lalu memiliki pekerjaan dengan gaji minimal Rp6 juta per bulan, menikah tepat waktu," sambungnya.

Artikel Terkait
Apa Sih Perbedanaan Antara Seni Rupa dan Desain ?
Efek Rumah Kaca sebagai Gejala Alam yang Mengakibatkan Perubahan Iklim
7 Tips Berperang Melawan Stress untuk Mahasiswa