VOLKPOP.CO - ahan kritis sering disebut dengan lahan yang tidak produktif karena meski sudah dikelola tetap saja produktivitas lahannya rendah. Jika ditanami pun hasilnya akan lebih kecil daripada modal yang dikeluarkan.
Keadaan tersebut membuat petani enggan mengusahakan tanah-tanah di lahan kritis tersebut. Biasanya lahan kritis ini merupakan lahan tandus, gundul, dan tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian karena tingkat kesuburannya sangat rendah.
Lahan kritis dapat terbentuk karena beberapa faktor, antara lain, adanya kekeringan, genangan air secara terusmenerus seperti di daerah pantai dan rawa, terjadinya erosi tanah dan masswasting di daerah dataran tinggi,
pegunungan.
Dan daerah yang miring, adanya kesalahan dalam pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspekaspek kelestarian lingkungan, masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian yang tak dapat diuraikan oleh bakteri seperti plastik yang dapat bertahan selama ± 200 tahun di dalam tanah.
Adanya pembekuan air di daerah kutub atau pegunungan tinggi, serta adanya pencemaran zat seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan pertanian. Perbaikan terhadap lahan kritis perlu dilakukan karena jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, secara langsung atau tidak dapat mengganggu kehidupan manusia.
Oleh karena itu, perlu adanya usaha-usaha perbaikan lahan kritis. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya lahan kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu melakukan rehabilitasi dan konservasi lahanlahan kritis di Indonesia.***
Sumber: Sulistyanto, Iwan Gatot. 2009. Geografi untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional