Kisah Jurnalis Terkena Covid-19 yang Dibantu Media Tempatnya Bekerja hingga Sembuh

- Jumat, 14 Januari 2022 | 16:28 WIB
Ilustrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jurnalis Selama Pandemi Covid-19 (Dicky Hanafi / Volkpop Media / Volkpop.co)
Ilustrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jurnalis Selama Pandemi Covid-19 (Dicky Hanafi / Volkpop Media / Volkpop.co)

  • Arry Saputra, reporter JPNN, pernah tak berdaya sekadar untuk berjalan ke kamar mandi, nafasnya terasa ngos-ngosan, lemas dan sesak, apalagi melakukan peliputan di lapangan. Ia terkena Covid-19 pada bulan Juli 2021 dengan saturasi mencapai angka 80

VOLKPOP.CO - Pada hari Senin di pertengahan Juli 2021, seorang reporter JPNN bernama Arry Saputra bangun tidur dengan kondisi tubuh yang meriang. Beberapa bagian badannya terasa sakit. Ia pikir hanya sakit biasa, akibat semalam terlalu penat melakukan peliputan di lapangan.

Kebetulan pada hari Jumat, tiga hari sebelumnya, kedua orang tua Arry terlebih dahulu merasakan gejala yang sama; yaitu meriang, lemas, dan terasa sakit di sekujur tubuh. Setelah disadari, ternyata Ia tertular sakit serupa dari kedua orang tuanya.

“Selama tiga hari, sekeluarga sakit. Kami mencoba periksa ke klinik terdekat, karena [apabila periksa] ke Puskesmas kondisinya sudah tidak memungkinkan, pasti ramai dan antre,” kata Arry kepada Volkpop Media, Senin 10 Januari 2022.

Selepas itu, Arry berkata pada dokter klinik bahwa Ia ingin melakukan swab test, karena merasakan gejala seperti Covid-19; sesuai yang diberitakan banyak media. Akan tetapi, nahasnya, dokter tidak memperbolehkan.

“Disarankan untuk suntik, lalu dikasih obat demam, dan obat pusing pada umumnya [tidak ada siasat dokter klinik yang mengarah pada paparan Covid-19],” tuturnya.

Setelah berobat dari klinik tersebut, Arry sekeluarga pulang ke rumah. Namun, cairan injeksi, obat deman, dan obat pusing yang disarankan dokter klinik tak membantu kesembuhan Arry. Kondisinya justru semakin memburuk seiring bertambahnya hari.

Seakan bersamaan, Ia juga tak bisa makan makanan berasa manis dan asin, beberapa kali muntah. Walakin, Arry tidak merasakan anosmia, Ia masih bisa mencium aroma-aroma di sekeliling yang masuk melalui hidungnya.

“Enam hari kemudian, kondisi semakin memburuk lagi. Saya sekeluarga kembali ke klinik untuk melakukan swab test, ternyata hanya diberi obat lagi [dokter klinik tersebut],” ujarnya yang tampak heran.

Tidak menunggu lama, Arry melakukan cek saturasi oksigen. Hasilnya memburuk di angka 80 persen. Nafasnya terasa berat dan sesak, untuk berjalan saja perlu energi ekstra agar bisa bernafas.

“Untuk aktivitas pun saya enggak kuat, kaya orang terkena asma akut. Ke kamar mandi juga begitu, setelah buang air kecil nafas ngos-ngosan, harus duduk dulu untuk atur nafas [agar bisa berjalan lagi],” saksinya.

Belakangan, keluarga Arry diswab antigen. Kedua orang tuanya positif Covid-19, dengan segera dilarikan ke RSUD Dr Soetomo. Nahas, keluarganya tak mendapatkan ruang karena Bed Occupancy Rate (BOR) sudah penuh.

“Saya diminta pengecekan paru-paru, hasilnya sudah banyak bercak putih di dalamnya, tampak merata. Saya harus dirawat saat itu juga, tiga hari di ruang IGD [tampak kritis],” katanya kepada Volkpop Media.

Arry dirawat menggunakan bantuan tabung oksigen, akibat saturasi yang cukup rendah. Pada hari keempat, Ia baru mendapat kamar untuk isolasi. Menurut kesaksiannya, kategori Covid-19 yang didera Arry masuk ke dalam kategori sedang.

Tepat pada hari ke-14, Arry sekeluarga diperbolehkan pulang ke rumah. Kedua orang tuanya juga sembuh dari Covid-19. Sebulan berikutnya, kondisi Arry semakin membaik. Sekarang, Ia sudah aktif lagi menjadi reporter JPNN.

Halaman:

Editor: Rangga Prasetya Aji Widodo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Rizky Febian Resmi Lamar Mahalini Raharja

Senin, 8 Mei 2023 | 12:52 WIB

Terpopuler

X