VOLKPOP.CO - TANPA tanah, hajat hidup manusia bakal runyam. Tanah berkaitan erat dengan ruang hidup, apalagi untuk masyarakat yang mengandalkan pencaharian melalui lahan bercocok tanam. Seperti petani, pekebun, atau peladang.
Penggarap pameran bersama kopi Wadas, Viky Arthiando, mengingatkan peran penting dari tanah. "Segala sesuatu membutuhkan tanah. Begitu pula keyakinan kita selama ini, bahwa manusia tercipta dari tanah," katanya.
Maka, imbuh Viky, tanah bukan sebatas objek komersial yang diperdagangkan saja. Tanah menyangkut aneka desakan hidup rakyat. "Itulah alasan ekshibisi ini mengangkat tema 'Kepada Tanah: Hidup dan Masa Depan Wadas'," jelas lelaki 30 tahun itu.
Sejumlah seniman melukis langsung karyanya pada kemasan kopi bagian depan, dengan berbagai rupa dan warna. Sedangkan, pada sisi belakang kemasan kopi terdapat teks yang disablon, tentang keterangan singkat latar belakang Desa Wadas.
Ekshibisi ini menampilkan karya pada kemasan yang berisi roasted beans kopi robusta dari Desa Wadas. Kopi Wadas tumbuh di Desa Wadas pada ketinggian 400-450 mdpl di sekitar punggung perbukitan Menoreh.
Pameran berlangsung di enam kota, yaitu Bali, Batu, Semarang, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Kegiatan ekshibisi diadakan pada 8-28 Februari 2022, Viky turut menjelaskan pemilihan kemasan kopi sebagai semenjana pameran 135 karya dari 22 seniman itu.
"Karena, kopi menjadi salah satu hasil perkebunan di Desa Wadas. Kopi pun menjadi hasil bumi yang dikonsumsi (dan digemari, Red) banyak kalangan," tegas lelaki kelahiran September 1992 tersebut.
Kopi merupakan sumber penghasilan warga Wadas. Biji kopi itu dirawat, dipanen, dan diolah secara turun-temurun oleh petani Wadas sejak ratusan tahun lalu. Akan tetapi, sejak 5 tahun belakangan, aktivitas warga mulai terpuruk akibat lokasi perbukitan mereka masuk dalam rencana penambangan material Bendungan Bener.
Rencana penambangan batuan andesit hingga rangkaian kekerasan yang menyertainya, kata Viky, berbahaya bagi kehidupan warga Wadas dan ekosistem di sekitar perbukitan Menoreh. "Sejarah, nilai, dan sumber penghidupan warga yang melekat pada tanah terancam runtuh jika pertambangan benar-benar beroperasi," imbuhnya.
Artikel Terkait
Mendengar Hak Pendidikan Anak-anak di Rusun Puspa Agro: Butuh Buku Paket dan Tenaga Pengajar