MALANG - Film besutan sutradara Subiyanto dan diproduseri oleh Latifah dan FX Domini BB Hera berjudul Tirta Carita akhirnya dirilis. Bertempat di Bioskop Mopic Cinemas Jalan Soekarno-Hatta Nomor 09, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang pada Minggu (21/05/2023).
Film ini mengusung tema folklore beberapa lokasi mata air di Malang Raya. Diselipkan juga ancaman hilangnya sumber mata air karena kerusakan lingkungan yang masif.
Staf Ahli Museum Zoologi Fr M Fianney BHK Malang, Denise Resiamini Praptaningsih mengatakan kalau ia melihat upaya edukasi tentang bagian menjaga dan menyeimbangkan kelestarian lingkungan. Ia menilai bahwa ide film ini keren, sehingga akan ia gunakan sebagai sarana pembelajaran.
"Saya melihat sisi jeli, karena langsung menyajikan ekosistem perairan tawar. Mulai dari tumbuhan pionir seperti pakuan dan lumut, ini adalah ekosistem bagian kelembaban air," ucapnya.
Baca Juga: Rizky Febian Resmi Lamar Mahalini Raharja
Ia merasa tertarik melihat arus air yang deras dengan batuan yang besar dalam film ini. Bahwa ekosistem perairan jernih ketika ada beberapa indikator. Mulai dari planaria yang ditemui di batuan sampai makhluk hidup di dalam air.
"Saya belum melihat planaria yang menempel di batu di Sungai Metro. Kedua adalah keberadaan serangga capung, karena mereka adalah indikator air dan udara bersih. Ketiga di dasar sungai ada cacing, yang artinya air itu aman untuk diminum," ucapnya.

Sejarawan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya, La Ode Rabani mengatakan bahwa sisi historis penting untuk mendatangkan kekinian dari masa lampau. Ia melihat dalam film ini sangat faktual dan penting, karena memuat pelajaran sangat penting untuk jembatan generasi dulu, kini, dan nanti agar sumber air itu tetap terjaga.
"Film ini memiliki peranan penting, perlu diputar di berbagai tempat untuk menyadarkan generasi muda agar air itu dijaga. Air di beberapa tempat disakralkan, itu adalah cara nenek moyang agar mata air itu tetap terjaga. Sepengalamanan saya beberapa tempat di Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara bahawa siapa yang mengontrol air maka akan berkuasa," tegasnya.

Sementara Dosen Sastra Inggris Universitas Ma Chung Malang, Wawan Eko Yulianto mengatakan film Tirta Carita sangat informatif dan mengembalikan pada satu hal yang tidak banyak kita bicarakan yaitu hubungan folklore dan air. Banyak bagian yang membuat kaget mulai dari terkait pembelajaran dan hal-hal yang baru ia ketahui.
"Ini satu hal baru, karena kota tahu Kota Malang selalu berhubungan pendidikan, pariwisata, dan industri. Tapi di film ini peradaban Kota Malang adalah keberadaan air. Ini sebenarnya ada di sekitar kita, tapi jarang dibahas. Sehingga menyadarkan kembali pada satu titik penting suatu peradaban," paparnya.
Dalam film ini ia melihat folklore yang mengarahkan untuk menjaga keberadaan sumber air. Karena kini hubungan kita dengan folklore mulai renggang karena banyak faktor.
Artikel Terkait
Sama-sama Hisap Rokok, Foto Ariel Tatum dan Sang Nenek Malah Terlihat Berkelas
Usung Semangat SATU Kebersamaan, Duet IM3 dan Tri Ajak Pelanggan Berdonasi Hingga Tebar Promo Spesial Ramadan
Indosat Hadirkan Solusi untuk Sektor Pertanian, Perikanan, dan UMKM Indonesia Lewat IDCamp x Kadin 2023
Film Tirta Carita, Cerita Rakyat dan Ancaman Habisnya Sumber Mata Air di Malang
Rizky Febian Resmi Lamar Mahalini Raharja